PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan Konseling terdiri dari
dua kata, bimbingan (guidance) yang di dalamnya terkandung beberapa makna.
Setzer dan Stone (1966:3) mengemukakan pendapatnya bahwa guidance berasal dari
kata guide yang mempunyai arti to direct (menunjukkan), pilot (mengarahkan),
manager (mengarahkan, menentukan), or steer (mengemudikan) (Victoria Neufeldt,
Ed., 1988: 599).
Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan orang yang ahli kepada seorang atau beberapa indvidu
dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya
sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan
konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Konseling adalah usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Jadi bimbingan dan konseling
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus
dibidangnya, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya,
serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan
masyarakat.
B. Hubungan Bimbingan dan
Konseling
Bimbingan dan Konseling merupakan
kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Manusia sering menghadapi
persoalan-persoalan yang silih berganti di dalam kehidupannya. Selain itu,
manusia memiliki perbedaan satu sama lain, baik dalam sifat maupun dalam
kemampuan mengatasi persoalan, tidak sedikit manusia yang tidak sanggup
mengatasi persoalannya sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Bagi
mereka inilah, bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Sebagai contoh:
·
Banyak di antara anak-anak dan pemuda yang
mengalami kesukaran dalam cara belajar, cara menggunakan waktu senggang, cara
menyesuaikan diri dengan teman sekelas, dan sebagainya.
·
Banyak di antara anak yang tidak tahu ke mana ia
harus melanjutkan sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
·
Banyak di antara anak yang keluar sekolah sebelum
waktunya, pindah sekolah, dan lain-lain, hingga hal tersebut memboroskan waktu
dan biaya.
·
Banyak di antara anak yang menjadi penganggur
dan berbuat yang tidak sopan. Dan masih banyak lagi kesukaran lain. (H.M. Umar
dan Sartono, 1998: 98)
Dari beberapa contoh di atas,
cukup jelas betapa pentingnya bimbingan dan penyuluhan, terutama terhadap siswa
sekolah lanjutan. Akan tetapi, sebenarnya tujuan bimbingan di sekolah tidak
terbatas hanya bagi siswa saja, melainkan juga bagi sekolah secara keseluruhan
dan bagi masyarakat.
C. Macam-macam Bimbingan dan
Konseling
Menurut perkembangan sejarahnya,
bimbingan dan konseling pada awalnya hanya terbatas pada bimbingan jabatan,
misalnya: job selection, job placement,
dan job training. Dengan cara ini efisiensi dalam pekerjaan dapat tercapai
dan penempatan orang sesuai dengan kemampuannya, sehingga kesulitan-kesulitan
atau persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dihindarkan.
Kenyataan
menunjukkan bahwa sejahtera tidaknya seseorang tidak semata-mata bergantung pada
tepat atau tidaknya dalam jabatan itu, atau juga bergantung pada segi
pendidikannya, tetapi juga bergantung pada keadaan pribadi dan individu yang
bersangkutan. Banyak masalah yang timbul karena diri pribadi dan individu yang
bersangkutan. Oleh karena itu timbullah bimbingan yang tertuju pada keadaan
pribadi seseorang, sehingga timbullah “personal
guidance”. Dengan demikian, di samping bimbingan dalam segi jabatan (vocational guidance) dan bimbingan
dalam segi pendidikan dan pengajaran (educational
guidance), dikenal dengan adanya bimbingan pribadi (personal guidance)
Seperti yang
dikemukakan oleh Blum dan Halinsky, “Briefly,
there are three major types of counseling: vocational, educational, and
personal”. Artinya adalah singkatnya, ada tiga jenis utama konseling:
kejuruan, pendidikan, dan pribadi.
Oleh karena
itu, secara teoritis dapat dibedakan adanya bermacam-macam bimbingan dan
konseling. Akan tetapi, secara praktis sangat sulit atau boleh dikatakan tidak
memungkinkan untuk memisahkan antara satu dan yang lainnya. Hal ini pun
dikemukakan oleh Blum dan Helinsky.
In reality, it is best consider these types
of counseling as aspec of the samething. Eventhough vocational counseling has
the major from of reference in this book, it is impossible to adminster
vocational guidance without recognizing the implications necessary in
educational guidance….” Bahwa pada kenyataannya, yang terbaik untuk
mempertimbangkan jenis konseling pada aspek yang sama. Walaupun konseling
kejuruan memiliki acuan utama dalam buku ini, mustahil untuk kejuruan dalam
bimbingan tanpa mengakui daya implikasi yang diperlukan bagi bimbingan
pendidikan… (dalam Bimo Walgito, 1998: 20).
Dengan demikian
bimbingan dan konseling ditujukan bagi tiap-tiap aspek dan individu, baik
fisik, psikis maupun social dari individu yang bersangkutan, tidak mungkin
memisahkan tiap-tiap bagianyang satu dengan lainnya. Kalau kita membedakan satu
dengan yang lain, perbedaan tersebut hanyalah terletak pada titik beratnya.
Bimbingan dan konseling pekerjaan tidak dapat terlepas sama sekali dari hal-hal
yang berhubungan dengan pendidikan dan pribadi individu yang bersangkutan. Hanya saja dalam hal ini, unsur pekerjaanlah
yang merupakan unsur yang menonjol. Adapun dalam bimbingan dan konseling
pendidikan, factor pendidikan merupakan factor yang menonjol.
D. Tujuan dan
Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dalam
rangka menemukan pribadi mengandung makna bahwa guru kelas, dalam kaitannya
dengan pelaksanaan bimbingan, diharapkan mampu memberikan bantuan kepada siswa.
Dengan keinginan dan kemampuannya guru kelas dapat mengenal kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki siswa serta menerimanya secara positif dan dinamis
sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
1.
Tujuan Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tujuan umum pelayanan bimbingan
dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Pada
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang
cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
2.
Tujuan Khusus Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menurut H.M. Umar, dkk. (1998:
20-21) tujuan bimbingan dan konseling bagi siswa sebagai berikut:
·
Membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman
diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan
yang ada.
·
Membantu siswa untuk mengembangkan motif-motif
dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.
·
Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses
pendidikan.
·
Membantu siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi
dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat.
·
Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan
yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan social.
Tujuan bimbingan bagi guru
adalah:
·
Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa
·
Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan
individual dengan tuntunan umum sekolah dan masyarakat.
·
Membantu guru dalam mengenal pentingnya
keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan.
·
Membantu keseluruhan program pendidikan untuk
menemukan kebutuhan seluruh siswa.
Tujuan bimbingan bagi sekolah
adalah:
·
Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa
yang beraneka ragam
·
Mengadakan penelitian tentan siswa dari latar
belakangnya
·
Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran
bagi para guru dan personal lainnya yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan.
·
Mengadakan penelitian lanjutan terhadap siswa
yang telah meninggalkan sekolah.
3.
Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Iklim lingkungan kehidupan yang
tidak sehat, seperti maraknya tayangan pornografi di televise dan VCD,
penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba
yang tak terkontrol, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, dan dekadensi
moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral
(akhlak yang mulia) seperti pelanggaran tata tertib sekolah/madrasah, tawuran
antar pelajar, NAPZA (Narkotik, Psikotropika, dan Zat Adiktif), kriminalitas,
dan seks bebas.
Penampilan perilaku remaja perilaku
remaja demikian sangat tidak diharapkan karena tidak sesuai dengan sosok
pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan. Upaya menangkal perilaku
tersebut di atas adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka
secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian.
Upaya ini merupakan garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara
proaktif dan berbasis data tentang perkembangan konseli serta berbagai factor
yang mempengaruhinya.
0 komentar:
Post a Comment