Salah satu jenis yang sangat populer di kalangan para penggemar ikan hias adalah ikan cupang, selain warna tubuhnya yang indah ikan ini juga mempunyai kebiasaan bertarung sesama jenisnya terlebih sesama jantannya, sehingga pantaslah orang-orang menyebutnya dengan ikan laga (fighting fish). Nama cupang, menurut para ahli adalah sebutan yang keliru, karena nama sesungguhnya adalah Betta splendens yang berbeda dengan ikan disebut cupang yang sebenarnya. Terlepas dari itu semua, kita ambil nama yang sudah melekat dan populer saja yakni Cupang.
Jenis-jenis ikan cupang:
- Cupang adu
- Cupang slayer serit (crown tail)
- Cupang bulan separuh (halfmoon)
- Cupang ekor ganda (double tail )
Kebiasaan hidup ikan ini di habitatnya adalah hidup di antara rerimbunan akar tanaman yang menjuntai ke air. Ikan cupang memiliki temperamen yang tinggi, namun ikan ini juga sangat menyayangi keturunannya. Terbukti dengan kebiasaannya melindungi anak-anaknya yang belum mampu berenang dan mencari tempat perlindungan sendiri. Selain itu, ikan cupang mempunyai kebiasaan membuat sarang busa untuk menempelkan telur-telur yang telah dibuahi.
Memilih induk:
Membedakan induk jantan dan betina ikan cupang sangatlah mudah, karena hanya dengan menandai dari fisiknya saja sudah terlihat jelas. Induk jantan memiliki warna yang sangat tajam, dengan tubuhnya yang ramping serta bentuk sirip-siripnya yang indah. Sedangkan induk betina memiliki warna pucat dengan bentuk tubuh yang gemuk.
Cupang Jantan |
Cupang Betina |
Tempat pemijahan:
Berbeda dengan ikan-ikan pada umumnya, ikan cupang tidak membutuhkan tempat pemijahan yang luas. Hanya dengan menggunakan aquarium kecil, toples, baskom, ember bekas cat pun pemijahan bisa terlaksana dengan baik. Untuk membantu si jantan membuat sarang busa, kita berikan selembar daun eceng gondok yang tahan untuk mengambang di permukaan air atau apa saja yang dapat bertahan mengambang. Nantinya, di bawah benda telah kita ditaruh , cupang jantan akan membuat sarangnya.
Pemijahan:
Jika tempat pemijahan sudah disiapkan, langkah selanjutnya adalah memasukkan induk. Disarankan induk yang pertama kali dimasukkan adalah induk jantan, setelah selang beberapa menit dengan tujuan supaya si jantan beradaptasi dengan lingkungan barunya, barulah kemudian ikan betina.
Hari pertama saat induk dimasukkan, induk jantan akan mengejar-ngejar induk betina, tidak jarang sampai sirip ikan betina compang-camping karena sabetan mulut induk jantan. Barulah pada hari kedua ikan cupang akan terlihat memijah. Ikan jantan akan menjepit tubuh ikan betina dengan cara melingkarkan tubuhnya sambil menekan perut ikan betina, ia menyemprotkan sperma untuk membuahi telur-telur yang baru saja keluar. Jangan kaget atau panik jika kemudian ikan jantan akan memunguti satu persatu telur yang jatuh dengan mulutnya. Karena itulah usaha si jantan untuk menyelamatkan telur-telur tersebut. Setelah mulutnya sarat dengan telur, ia akan menyimpannya pada busa yang telah ia buat sebelumnya. Proses ini terus berulang-ulang sampai akhirnya telur yang ada di perut betina sudah tidak tersisa lagi.
Setelah dipastikan proses perkawinan selesai, pindahkan induk betina dari tempat pemijahan. Biarkan induk jantan yang akan mengurus telur-telur yang telah disimpan di dalam sarang busa. Hari berikutnya akan terlihat telur-telur menetas. Bayi-bayi cupang yang baru menetas akan bergerak vertikal (ke atas dan ke bawah), terkadang berputar-putar. Peranan induk jantan di sini adalah memunguti anak-anaknya yang belum mampu menjangkau kembali ke permukaan air. Induk jantan dapat dipisahkan dengan anak-anaknya dari tempat pemijahan setelah terlihat anak-anaknya tidak terdapat lagi kuning telur di bagian bawah perut bayi-bayi cupang ini dan mereka sudah dapat berenang normal.
Agar benih yang jumlahnya lumayan banyak ini tidak berdesak-desakan di tempat pemijahan yang sempit, pindahkan ke tempat yang lebih leluasa agar pertumbuhannya pun dapat berkembang maksimal. Pemindahan benih dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari benih tersebut stress, yaitu dengan cara mencelupkan tempat pemijahan ke dalam tempat yang baru dan memindahkan benih beserta airnya secara perlahan-lahan.
Perawatan benih:
Pada usia 2-3 hari benih cupang tidak usah diberi makanan karena pencernaannya belum terbentuk sempurna. Setelah sekitar usia 3 hari sejak menetas, barulah diberikan makanan yang sesuai dengan lebar mulutnya yaitu kutu air (dhapnia, moina) yang disaring dengan seser. Setelah diperkirakan ukuran mulutnya bertambah besar barulah dapat dapat diberikan kutu air tanpa disaring. Kutu air bisa didapatkan dari empang-empang atau selokan. Sekitar hari ke 15 benih bisa diberikan makanan berupa makanan buatan, jika ingin pertumbuhan benih lebih pesat maka disarankan untuk memberikannya cacing sutra. (Rick)
0 komentar:
Post a Comment